Edi Bambang seorang pemuda berusia 37 tahun asal Jawa Medan sejak 4 bulan terakhir ini berhasil mewujudkan lamunanya dari limbah non organik, plastik-plastik bekas menjadi sebuah karya yang indah bernilai rupiah dan mampu mengumpulkan anak-anak panti asuhan dan pemuda pengangguran yang dinilainya mempunyai bakat mengembangkan daya kreatifnya.
"Berawal dari sebuah kehancuran keluarga, saya menghabiskan hari-hari dengan melamun, setelah istri
meninggalkan saya dengan "daun mudanya" bersama 4 orang anak kami", kata Edi Bambang memulai ceritanya menciptakan karya indah bunga-bunga plastik yang terbuat dari limbah non organik , Rabu (4/1).
Edi Bambang mendapat inspirasi sehabis is membelikan pakaian lebaran idul fitri 2011 untuk anak-anaknya yang ditinggalkan ibunya itu, "Saat itu, saya baru saja membelikan pakaian anak-anak saya untuk lebaran, saya lihat kantong plastik berserakan bekas bungkus pakaian anak saya itu, dan kebetulah dirumah saya tidak ada sehelai bungapun, kemudian saya mencoba menggunting dan membentuk bunga-daun-daun kemudian saya rangkai dan mengecatnya, jadilah rangkaian bunga satu pot", kata pria yang mengaku dirinya sudah acap kali keluar masuk penjara ini dengan berbagai macam kasus.
"Saya mantan napi, sudah banyak kisah hidup saya yang kelam, terakhir saya ditinggal istri saya menikah dengan daun muda, anak-anak saya 4 orang saat itu bersama saya, itulah yang harus saya nafkahi", ucapnya.
Edi Bambang mengaku mendapatkan motivasi yang begitu besar, ketika banyak teman-temanya menilai bahwa bunga-bunga plastik karyanya itu indah, bahkan ada yang mau membeli karyanya itu, "Awalnya bunga-bunga plastik itu saya jadikan hiasan dikamar tidur, di ruang tamu rumah kontrakan saya, namun banyak yang bilang bunga-bunga itu indah, cantik dan menarik tiap kali ada tamu yang datang ke rumah saya", katanya.
Merasa termotivasi akhirnya, Edi Bambang mencari akal untuk mengembangkan karyanya itu dengan mengajak pemuda-pemuda yang nganggur berkreatif seperti dirinya dengan melatih dan melihat karyanya, namun sudah hampir setiap sudut bahkan sampai ke terminal lintas Bangkinang ia membujuk pemuda-pemuda nganggur itu menciptakan karya untuk menghasilkan uang.
"Saya sudah kemana-mana mengajak pemuda nganggur untuk saya ajak dan dilatih, namun tidak ada yang mau, akhirnya saya berpikir untuk menemui panti asuhan putra yang ada di belakang kantor KNPI Kampar, alhamdulillah mendapat tanggapan positif dari pengelolah panti, sejumlah siswa yang tinggal di panti asuhan putra itu mau dilatih hingga sekarang sudah berjumlah 30 orang bahkan sampai sekarang mendapatkan tanggapan oleh pengurus KNPI Kampar dengan menyediakan tempat untuk ruang latihan dan praktek membuat bunga", ujarnya.
Bahan-bahan bunga yang terangkai indah itu, Rabu tadi sudah disaksikan oleh Bupati Kampar Jefry Noer bersama Ketua TP PKK Kampar Eva Yuliana ketika berkunjung dan bersilaturahmi ke KNPI Kabupaten Kampar bersama anggota DPRD Kampar, Ahmad Fikri, Dewi Hadi didampingi Ketua KNPI, Eka Sumahamid dan pengurus lainnya.
Ketua TP-PKK Kampar yang seharinya adalah Wakil Ketua DPRD Kampar, setelah menyaksikan karya pemuda ini merasa bangga dan kagum, ini karya yang menarik dan harus bisa dikembangkan, "Pemerintah pasti peduli dengan kreatifitas pemuda, dan ini juga bisa menjadi binaan atau dijalin kerjasama dengan PKK atau Dekranasda Kampar, hanya saja mungkin perlu dilenturkan kembali bentuk bunganya", ucapnya.
Bupati Kampar Jefry Noer, juga merespon positif karya muda ini, hal seperti inilah yang diharapkan, menumbuhkan kreatifitas ciri pemuda tidak pemalas, pengangguran itu adalah orang yang malas bekerja sehingga dekat dengan kemiskinan, ujarnya.
Tunjukan karya sebanyak mungkin, buatlah terobosan positif dan bernilai ekonomis sehingga tidak selalu bergantung dengan pemerintah dan untuk hal yang memberikan nilai positif dan membangun pasti pemerintah memberikan perhatian, jelas Jefry Noer.
Kami memberi nama kelompok ini "Pemuda Daur ulang Kreatif Nusantara Go Green", kata Edi Bambang selaku Ketua didampingi Rudy Rahmady (Sekretaris), Zulfikar (Bendahara) Harga satu pot bunga warna-warni itu ditarif mulai Rp500 sampai Rp1.200.000,-, "Yang memesan memang sudah banyak, namun kami belum fokus untuk menjualnya, baru melatih dan menarik minat bagi pemuda berdaya kreatif dan pengangguran yang berminat", demikian kata Rudy Rahmady menambahkan.
Tujuan kelompok pemuda kreatif ini, lanjut Rudy pertama memanfaatkan sampah non organik menjadi karya yang indah dan bermanfaat, sampah organik memang menjadi permasalan dunia terhadap dampak lingkungan, selain itu juga membantu pemerintah mengurangi angka pengangguran terutama di kalangan pemuda, katanya.
Sejak 4 bulan ini, sudah 30 orang yang kami latih, alhamdulillah Ketua KNPI Eka Sumahamid memberi respon positif sehingga kami diberi ruang khusus untuk latihan dan mengembangkan karya ini di kantor KNPI Kabupaten Kampar, "Setiap hari kami melakukan pelatihan bagi siswa yang tingga di panti asuhan putra dan akan meluas melatih siswa panti
asuhan putri", ujarnya.
Rudy menjelaskan, modal awal kami tidak menghitung, karena itu merupakan sumbangan dari berbagai pihak yang peduli, untuk membeli bahan cat yang diperlukan, kemudian bahan-bahan lainnya kami kumpulkan dari bahan-bahan plastik termasuk dari bekas spanduk atau baliho yang sudah tidak dipakai lagi, ujarnya.
Nur Adlin Ketua HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) Kabupaten Kampar, merasa kagum atas karya pemuda ini, "Ini merupakan karya yang bernilai seni yang patut mendapat perhatian dari pemerintah dan semua kalangan, sayang kalau ini tidak dikembangkan, dibina dan dibantu baik finansial maupun tempat, harus ada sasaran pasar sehingga nanti bisa berkembang dengan baik bahkan membantu pemerintah dalam mengatasi pengangguran juga mengurangi menumpuknya limbah non organik yang sering menjadi persoalan bagi lingkungan yang ada, katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar